Bulan Baru

Apakah Rembulan marah kepadaku, Sayang? Aku tak mengindrainya sekarang, saat ini saat menghitungi Bima Sakti. Aku merindukannya. Apa dia marah padaku karena absenku sakit lusa lalu? Kenapa dia begitu jahat? Dia bahkan abai mencariku. Tak seperti kamu, Sayang, yang ada selalu di sampingku.

Gemintang turut menghilang. Di langit tak ada cahaya. Cahaya-cahaya yang bagai turun satu satu. Aku rindu. Awan pun memberontak padaku. Menjalar dia menjadi kelopak-kelopak kapas yang menyembul. Angin malam yang kian membunuhku tiap waktu menjadi sepanas ini.

Rembulan, maafkan aku. Aku hanya siang sejenak. Tak bisakah kauselalu ada?

Aku benci jika semua melawanku seperti ini! Rasanya hanya begitu sepi. Tanpa cahaya. Dan bagai buta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA