Ketika

Ketika jalurku dan jalurmu tak lagi akur, bisakah kamu mengatakan iya pada perpisahan. Aku yakin kamu akan bilang aku adalah orang yang tidak pernah merasai cinta, rindu, atau kasih sayang. Ataukah kamu yang memang terlalu dangkal memaknai aku? Ah, aku tak pernah meminta untuk kaumaknai. Aku juga tak pernah purna memaknai diri. Jangan mencuri dariku!
Mengapa kamu diam saja? Semua memang sesuai kehendak yang tak tampak. Semua terjadi begitu saja. Dan berlalu begitu saja. Hanya sebatas itu. Namun, benarkah?
Mungkin. Aku hanya bisa memungkasmu dengan kata mungkin.
Ketika angin padu, terciptalah badai. Ketika napas bumi padu, terciptalah awan. Namun, kita takkan pernah mengerti langit. Sebab ia bukan cuaca.
Berhembuslah,
Terus bernapas,
17-4-2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA