Nama nama

Dengarkah engkau suaraku? Bergema hingga membuai puing reruntuhan kota yang pandir. Jangankan berplesir, datang pun kita tidak seharusnya ada.

Nama-nama yang tersusun rapi di meja takdir. Bagiku yang tak pernah memilih, dan hati yang tak pernah terucap sebuah nama kecuali sekadar Nama. Datanglah saja. Tak perlu aku mengucap patahan kata yang mengetam suar di penghujung barak-barak senja.
: ini sudah kala.

Jingga dihempas urai sungai yang berwarna zamrud membias di bawah cerahnya kemerahan mega.

"kamu cantik," ujarmu membelai tumpukan rambut yang berkilau itu. Tapi, usakan enggan itu menghancurkan harga dirimu yang tak pernah mengenal kekalahan.

Sayang, sebuah nama belum hadir di saat nadi-nadi samudra menjadi gejolak bara. Sampai terkadang, api dari rahim ibu, sang api, tak pernah menjadi panas.

Lingsirkan semua runtuh. Dan rumpangkan semua badai. Menari bersama larangan. Mengabukan perkamen kecoklatan yang sudah mengusam.

Nama, hanya Kau yang ada dalam hati. Dan Kau yang akan memilihkan nama yang lain. Tak pernah detak-detak lain mengangguku. Hingga saatnya nanti siluet malam menjadi purnama yang purna.

Mahligai yang tertata apik di atas kukuh kanvas dan juga rato-rato* yang dijinjing oleh para suami minan**.
: belum tersentuh




*Rato = sebuatan pelaminan bagi suku Lampung
** Minan = panggilan orang Lampung. Untuk Lampung Pesisir (tempat saya) berarti anggota keluarga yang berkasta payung merah.

Bandar Lampung, 4 November 2012
Bandar Lampung, di kosan Dian Sukmawati stress negrjain UTS yang seberapa banget dan menyucikan hati di bawah hempasan hati hujan yang guyur... :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA