Suri

Volume air mengisi oase yang gersang, telah berubah jadi karang.
Entah berapa lama sudah ia menjadi miniatur toreh.
Seperti suatu pengembaraan yang jauh, hati
yang kala guruh menggema
menjadi capaian kemarau sepi.
Andai kau tahu, ini kering.
Aku sekarat. Menunggu kematian jelang bagai karat jatuh cinta pada embun,
yang mengumbar cumbu saat fajar
: jelang jadi petaka
Terlalu lama sudah ia jadi bentuk lain.
Umbaran uap yang berada di awang.
Entah ada di padang rumput Sierra Madre,
jalanan terjal di Himalaya, atau..
Ah, entah. Kau hanya akan marah mendengarku menanyakan perjalananmu.
Aku hanya akan menunggumu menceritakan padaku.
Aku akan patuh.
Cukup yang aku tahu,
kau begitu bumbung tinggi menghampiri lembah.
Tak hirau tentang prairie yang sekian,
menunggumu dengan purna.
Kini kau hadir kembali.
Membelah, membilah setiap ceruk dan lekuk pori-pori yang tidur dalam suri.
Tetaplah. Jangan pergi.
Kau dapat mencipta rumah berkasa,
dengan kayu, yaqut, dan marjan
yang tumbuh dan terlahir dari ibu.
Jadilah kita,
semoga tetap keturunan Kana'an,
yang singgah. Tapi urung pergi.
Jadilah kita,
semoga tetap memelihara masa,
di kedalaman ; setiap desah nafas
: menjadi satu

Bandar Lampung, 20 Oktober 2012
Kala hujan yang tak lagi menyatu membasahi punggung jilbab putihku. Penuh gigil, nyaris beku. Memikirkan rasa rindu dan cemburu pada yang satu...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA