kita ini

kita ini anak-anak. masih belajar dan mengeja di bumi. yang asuh menjadi ibu. hanya jengkal waktu dan ketam bambu,
menjadi pembeda jumlah keriput yang masa.
kau dan aku yang ditingkahi masa. kita kira semua serupa warna tembaga dan timah. namun tidak. sesungguhnya kita bukan dari kedalaman bumi. kita masih lihat hijau, putih, dan merah. hanya saja, kita sering abai.
hai, kawan. dapatkah kau bukakan sejenak daun pintu dan jendela bertahtakan debu itu?
sebab pisau langit telah datang. mengiris sabit permukaan letih.
: perasaan

Bandar Lampung, 26 Oktober 2012
Di halaman belakang rumah nenek yang bersenandung mendung,
Di atas pembaringan sofa,
Beratapkan kayu-kayu di langit-langit pucat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA